Teori Kebodohan Cipolla dan Hambatan Kemajuan Bangsa
Admin Raksabumi, 24 September 2023
Pada tahun 1976, seorang profesor sejarah ekonomi bernama Carlo Cipolla, secara iseng membuat teori yang membagi orang ke dalam empat kategori, yakni : Si Bodoh, Si Jahat, Si Cerdas, dan Si Tolol.
Cipolla memperingatkan bahwa jenis orang yang paling berbahaya adalah orang tolol. Dan bila mereka bersatu atau berkembang biak dalam jumlah yang banyak, mereka bisa jauh lebih barbar daripada mafia sekalipun.
Cipolla kemudian menerangkan karakter dari tipologi manusia menurut teori isengnya itu, yakni bahwa :
Jika kita melakukan sesuatu, lalu hal tersebut merugikan diri kita sendiri tetapi malah menguntungkan orang lain, maka itu artinya kita bodoh.
Jika kita melakukan sesuatu, lalu hal tersebut merugikan orang lain, tetapi menguntungkan diri kita sendiri, maka itu artinya kita jahat.
Jika kita melakukan sesuatu, lalu hal tersebut menguntungkan diri kita sendiri sekaligus menguntungkan orang lain, itu artinya kita cerdas.
Sementara itu, orang tolol akan melakukan sesuatu yang merugikan, baik bagi dirinya sendiri maupun bagi orang lain. Dan ini, biasanya dilakukan tanpa alasan yang jelas. Bisa saja sekedar iseng, atau sekedar ‘mengisi waktu luang’. Tapi kerugian yang ditimbulkan kemudian dialami oleh seisi dunia.
Contoh paling mudah untuk bisa menemukan orang tolol adalah dengan memperhatikan kegiatan membakar sampah organik. Ingat, sampah organik, seperti dedaunan, ranting dan lain-lain.
Mengapa tindakan ini masuk kategori tolol ?
Jawabannya, karena ini menimbulkan polusi bagi seisi bumi. Merugikan pembakarnya sendiri sekaligus merugikan orang lain. Dan lagi pula, tanpa dibakar pun, sampah organik ini pasti terurai sendiri. Jadi cara terbaik untuk menyikapi ini adalah dengan tidak bertindak.
Tapi, karena orang tolol tadi telah terlanjur mengambil tindakan, maka orang lain jadi mendapat tambahan beban. Dan karenanya jadi harus mengambil tindakan.
Konsekuensi
Meski bermanfaat bagi masyarakat secara keseluruhan, orang bodoh kerap dieksploitasi oleh orang lain, terutama orang jahat. Oleh karena itu, kontribusi yang mereka berikan sangat kecil.
Orang cerdas tentu amat berkontribusi bagi masyarakat. Dan dengan kontribusinya, ia menghasilkan keuntungan bersama, menciptakan kemaslahatan umum. Karena itu, ada baiknya bila orang bodoh mendukung orang cerdas, agar tak melulu mengalami kerugian, sebagai akibat keputusannya sendiri. Dengan demikian, kekurangan orang bodoh akan diisi oleh orang cerdas. Posisi penting, dalam berbagai bidang dalam masyarakat, semestinya diisi oleh orang-orang cerdas, dengan mendapat dukungan dari orang-orang bodoh.
Di lain sisi, hal yang yang berkebalikan dengan itu akan terjadi bila orang-orang jahat dan tolol mengisi posisi-posisi penting dalam masyarakat. Bahkan ketika yang dilakukannya menjadi petaka bagi banyak pihak, orang jahat akan terus mengejar kepentingan dan memperkaya diri mereka sendiri. Sementara orang tolol akan terus menciptakan kerugian, tanpa pernah bisa memahami mengapa tindakannya keliru. Karena itu, baik orang bodoh maupun orang cerdas, seharusnya bekerja sama untuk mencegah agar mereka tidak menjadi ‘yang penting’.
Karena Anda orang cerdas, maka tentu tak terlalu sulit bagi Anda untuk menemukan contoh yang jelas dari orang yang jahat atau tolol tadi, baik di posisi penting maupun tak penting dalam masyarakat. Bila Anda telah berhasil mengidentifikasinya, maka kini saatnya Anda berhati-hati.